Tania menghirup secangkir kopi yang tlah disediakan Bi Nah. Pelan-pelan karena kopinya masih agak panas. Malam itu, pukul 11.00pm, Tania baru pulang dari kantornya. Setelah membersihkan badan, Tania kembali menatap tumpukan file di atas meja kerjanya, file2 itu dia bawa dari kantornya. Tumpukan file kasus korupsi Pak Gendro Laksono, Direktur Bank Graha Cipta. Sebenarnya Tania malas untuk ikut tim pansus karena dia mengetahui jika dia masuk dalam tim maka dia akan kehilangan banyak waktu istirahat seperti hari ini, Namun, bosnya yang tegas itu, merekomendasikan Tania sebagai tim penyelidik di dalam kasus ini. Agak menyesal juga bagi Tania, karena dia sendiri tidak memiliki cukup koneksi rekan-rekan yang bisa membantu Tania di Bank itu. Dia bekerja bergantung pada rekan tim yang bekerja langsung di lapangan dan menunggu laporan Ben, sebagai koorlap nya. Tania mengambil sisa file yang belum dia periksa. Sesekali dia mengusap2 kedua matanya yang tampak berair, sesekali membiarkan mulutnya untuk menguap lebar. Saat Bi Nah mematikan lampu ruang depan, beliau menyempatkan untuk menengok Tania di ruang kerjanya. Bi Nah menawari Tania beberapa camilan untuk menemani Tania begadang malam ini. Namun, Tania menolaknya dengan alasan bahwa dia merasa masih belum lapar.
Hari ini tepat 3 bulan semenjak namanya dimasukkan dalam pengusutan kasus korupsi Pak Gendro. Oleh bosnya, Tania dituntut untuk menyimpulkan analisis tentang masalah tersebut besok dalam rapat kerja terbuka. Tania takut, bukan pada wartawan yang akan datang namun lebih pada keraguannya dalam menetapkan analisis yang tepat untuk Pak Gendro. Memang dari slip, kwitansi serta laporan keuangan yang dia terima, Tania memenukan berbagai kejanggalan. Dana yang menyimpang, memusingkan Tania di saat dia harus mengcross-check secara rinci tiap pemasukan dan pengeluaran Bank Graha Cipta. Jelas sekali di mata Tania, sebagai ahli akuntan, dia dapat mengetahui betapa besarnya dana yang digeloyorkan oleh Pak Gendro dari kas perusahaan ke kas tabungannya pribadi. Walau dana tersebut dipindahkan dengan sistem berangsur ke tabungan Pak Gendro yanga ada di salah satu Bank di Swiss, tapi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya menangani kasus korupsi beberapa pejabat besar, Tania paham betul. Semua fakta sudah terungkap, namun Tania masih saja ragu.
Tumpukan foto yang baru Tania terima dari kurir kemarin sore. Foto2 yang menggambarkan kegiatan Pak Gendro dalam setahun terakhir. Namun, dari semua foto, Tania tertarik pada sebuah foto yang membuat sangat ragu hingga saat ini. Foto tersebut sederhana, menggambarkan Pak Gendro yang sedang bercanda tawa dengan penghuni panti jompo "Sarta Weda". Tania sempat meminta konfirmasi tentang maksud tujuan Pak Gendro ada di sana kepada Bu Rita, pengurus panti jompo tersebut. Dari beliau didapatkan penjelasan bahwa ternyata Pak Gendro tercatat sebagai relawan di panti tersebut, Pak Gendro selain berperan sebagai donatur utama dengan memberikan bantuan sejumlah dana yang besar untuk kegiatan panti namun juga sering berbicara dan menemani para orang tua di sana hampir setiap harinya. Menurut penuturan Bu Rita, kehadiran Pak Gendro selalu dinanti oleh penghuni panti karena beliau merupakan orang yang sangat humoris dan sangat sayang kepada penghuni panti. Setiap Pak Gendro datang, beliau membawakan cerita-cerita lucu, senyuman dan pelukan hangat yang dirindukan penghuni panti dari keluarganya masing-masing.
Tania tertegun, rasanya dia ingin menangis. Sudah jelas Pak Gendro melakukan korupsi, tapi bagaimana dia memenjarakan Pak Gendo? Malu, kecewa serta menyesal dirasakan Tania. Bukan apa-apa, Tania malu, dia yang notabene sudah berpenghasilan lebih dengan cara yang halal pula namun malah tetap membiarkan ibunya,,,ya ibu kandungnya berada di dalam panti jompo "Sarta Weda" dan membiarkan ibunya dirawat oleh orang lain yang tak lain salah satunya oleh Pak Gendro. Tania merasa sudah egois sekali, merasa sangat jahat sekali. Setelah bertahun-tahun ditinggal ayah, ibunya yang sakit-sakitan malah Tania serahkan ke panti jompo dengan alasan Tania terlalu sibuk untuk mengurus ibunya walau ada Bi Nah yang sudah menawarkan bantuan untuk merawat ibunya. Tania sebagai anak tunggal yang dulu manja, merasa dengan merawat ibunya, dia tidak dapat mencapai karir yang dia impi2kan selama ini. Dengan alasan pekerjaan pula, dia sangat jarang menjenguk sang ibu di panti, paling yang ia lakukan hanya menelpon pengurus panti untuk sekedar menanyakan kabar ibunya..itupun hanya untuk satu bulan sekali.
"Andai ku sebutkan saja semua bahwa Pak Gendro memiliki bukti-bukti untuk dijadikan tersangkan resmi dalam kasus korupsi ini, bagaimana dengan nasib panti jompo, bagaimana ibu?". "Ibuku, apakah yang tlah ku lakukan selama ini sangat menyakitimu? Apa aku yang sebenarnya bersalah, aku yang telah melakukan korupsi, yang telah mengkorupsi saat2 hari tuamu yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari aku, anakmu. Bukan dari seseorang yang bermuka dua, bukan dari orang lain?" pikir Tania berkecamuk. Tiba-tiba saja, setelah sekian lama, Tania dapat membayangkan wajah sedih ibunya, merasakan air mata ibunya yang jatuh di atas pipinya. "Oh, Ibuuu..maafkan Tania.....". Tania tertunduk dalam di atas meja kerjanya. Malam pun kian larut.
0 komentar on "This Love for You, Mom"
Posting Komentar